Konsekuensi dari Sahnya Akad Bagian 2 - Kitab Zadul Mustaqni (Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, M.A.)

Beranda | Artikel

Konsekuensi dari Sahnya Akad Bagian 2 - Kitab Zadul Mustaqni (Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, M.A.)

Senin, 16 April 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Erwandi Tarmizi

Konsekuensi Dari Sahnya Akad Bagian 2 adalah kajian yang disampaikan oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, M.A. yang merupakan rekaman kajian kitab زاد المستقنع في اختصار المقنع atau populer dengan sebutan Kitab Zadul Mustaqni. Kitab ini merupakan kitab fiqih Madzhab Hanbali, karya Syaikh Syarifuddin Abu Naja Musa bin Ahmad Al-Hajawi rahimahullah dan merupakan ringkasan dari Kitab Al-Muqni karya Ibnu Qudamah rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada 12 Rajab 1439 H/ 29 Maret 2018 M.

Download kajian sebelumnya: Konsekuensi dari Sahnya Akad – Kitab Zadul Mustaqni

Download juga Kitab Zadul Mustaqni – Format PDF di sini

Kajian Tentang Konsekuensi Dari Sahnya Akad Bagian 2 – Kitab Zadul Mustaqni

Diawal bab telah dibahas tentang barang yang ditakar atau sejenis yang ditakar seperti ditimbang atau diukur atau dihitung atau dilihat atau dengan dijelaskan spesifikasinya. Itu semua tidak boleh dijual kembali oleh pembeli sebelum pembeli itu menerimanya. Tetapi sesuatu yang tidak ditimbang, tidak ditakar, kemudian juga tidak dihitung dengan satuan, maka boleh pembeli melakukan tindakan kewenangan terhadap hal tersebut walaupun belum menerimanya.

Contoh dalam hal ini adalah rumah. Tentu rumah tidak dihitung, tidak ditakar, dan tidak ditimbang, tetapi dilihat begitu saja. Maka menurut penulis kitab, bahwa barang seperti ini boleh dijual walaupun barang belum diterima. Akan tetapi pendapat yang terkuat dalam hal ini adalah bahwa berdasarkan hadits Ibnu Abbas, “menurut saya bukan hanya itu saja, tetapi selama tidak boleh dijual sebelum diserahterimakan”.

Lalu bagaimana serah terima rumah?

Sesuatu yang tidak dijelaskan oleh syariat, maka mengenai ukurannya dikembalikan kepada ‘Urf . Serah terima rumah dilakukan dengan cara pemilik rumah sebelumnya mengosongkan barang-barang miliknya. Ini pendapat yang terkuat dari pendapat para ulama dalam masalah ini.